Impian? Masa depan? Atau cita-cita?. Ah, pusing mikirin yang belum pasti. Walaupun apa yang akan kita dapat belum pasti, tapi alangkah senangnya kalau kita punya sesuatu yang kita cita-citakan. Ya, sekedar gaya aja, dari pada hidup nggak ada tujuannya. Apa kata dunia?...... xixixixixi....
Well, ya nggak donk. Aku hidup punya tujuan atau punya cita-cita. Sejak kecil sampai sekarang aku punya banyak cita-cita yang bervariasi. Kayak kolektor aja aku ini. Ada yang jadi Polwan, Desainer, Guru, Arsitek, Pelukis, Dokter, Bidan, Dan Programmer. Kalian yang membaca pasti berfikiran sama denganku. GILA. Ya, dulu aku mana mikir bakal ingin mencapai sebanyak itu, namanya aja anak-anak. Tapi, memang benar nggak ada orang yang punya tujuan yang ingin di capai sebanyak itu. Kalau 2 profesi mungkin masih bisa lah. Tapi itu hanya seberkas impian masa kecilku.
Semua orang tua menginginkan anaknya hidup sukses. Nggak ada orang tua yang ingin anaknya hidup sengsara seperti mereka. Ya, kalau mereka hidupnya susah, tapi kalau mereka hidupnya sejahtera, mereka ingin anaknya lebih sejahtera lagi.
Udah ah, ngomongin orang ja kerjaannya. Nah, gimana kalau aku certain dikit tentang apa mau anak dan apa mau orang tua mereka. Seperti kataku tadi setiap orang tua menginginkan anaknya sukses walau kadang sering terjadi perbedaan kemauan tentang jalan hidup yang akan ditempuh nantinya. Orang tua berpikir apa yang mereka pilihkan, itulah yang terbaik bagi anaknya. Tapi, lain halnya dengan anak yang merasa tertekan dengan pilihan orang tuanya. Mereka merasa pilihan ini bukan pilihan mereka, dan mulai dari sinilah ketidak harmonisan antara anak dan orang tua terjadi. Alah, aku malah ceramah……. Xixixixixi…..
Well, kembali lagi ke permasalahan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak. Nggak usah jauh-jauh cari contoh orang lain. Lihat diri sendiri, apakah kasusmu sama seperti yang aku katakan tadi?. Aku sendiri pun punya perbedaan pendapat tentang cita-cita ku kelak. Orang tuaku menginginkan aku untuk menjadi tenaga medis, sedangkan aku malah ingin menjadi ahli program computer alias programmer. Tapi , ketika aku menceritakan apa yang aku cita-citakan, dengan tegas orang tua mengatakan “TIDAK”. Alangkah sedih dan kecewanya aku saat itu.
Aku yang merasa kecewa atas penolakan pilihan cita-citaku mencoba bangkit dan mulai mencari hikmah dari penolakan orang tuaku dan sekaligus mencari solusi terbaik menjalankan keinginan orang tua dan tidak menghilangkan keinginanku.
Yummy, aku selama berbulan-bulan memikirkan sendiri dan meminta pendapat teman, dan kakak. Akhirnya, menemukan titik terang masalah tujuan hidupku nanti. Tanpa mengurangi harapan orang tuaku. Aku memutuskan akan tetap berusaha menjadi salah satu tenaga medis atau lebih spesialis lagi menjadi seorang bidan, seperti kemauan orang tuaku. Tapi, aku juga masih tetap mempelajari ilmu pemprograman dari berbagai sumber dan teman-teman yang bersedia mengajariku. Walaupun tidak menjadi programmer tapi aku senang apabila bisa mewujudkan harapan kedua orang tuaku.
.jpg)
Tujuanku sekarang adalah belajar dengan sungguh - sungguh agar bisa mewujudkan angan - angan orang tuaku agar bisa menjadi seorang Bidan. Kata orang tuaku kalau bisa jangan hanya menjadi seorang bidan tapi kalau bisa menjadi kepala rumah sakit atau apalah pokoknya kedudukannya lebih tinggi dari pada hanya menjadi seorang bidan. Ya, aku iyakan saja demi menjaga perasaan orang tua lah..... Sebenarnya aku juga ingin kedudukan yang lebih tinggi dari seorang bidan, tapi aku nggak mau terburu-buru. Aku jalani aja apa yang ada di hadapanku sekarang.
Sekarang aku lebih yakin akan aku bawa kemana masa depanku kelak. Jika tidak ada selisih faham antara aku dan orangtuaku, mungkin sampai sekarang aku akan mencoba mewujudkan cita-cita masa kecilku yang sebanyak itu.
0 komentar:
Posting Komentar